fpi-arrahmahcom

YANG namanya sebuah agama, di dalamnya pasti ada ada yang terlalu ke kiri, tapi ada pula yang terlalu ke kanan. Entah itu Islam atau Kristen atau Agama lain kecenderungannya pasti ada yang seperti itu. Terlalu ke Kiri maksud saya adalah mereka terlalu tertutup dalam memandang sebuah agama sementara yang terlalu ke kanan sebaliknya.

Dalam konteks keindonesiaan tentu kita semua paham siapa mereka. Ya, yang terlalu tertutup tentu saja FPI (Front Pembela Islam) dan yang terlalu terbuka JIL (Jaringan Islam Liberal). Kesamaan mereka yaitu sama-sama ekstrem walaupun dari sisi yang sangat berjauhan dan yang terjadi selanjutnya mereka sering berkonflik.

Okelah kalau ada yang bilang FPI sebenarnya hanyalah sekedar alat dari pemerintah yang memang sengaja dibina sebagai sarana pengalihan isu, sementara JIL dibina Barat untuk menghancurkan Islam dari dalam. Mereka berdua hanyalah alat politis untuk mempertahankan kekuasaan. Namun saya tidak ingin berbicara dalam konteks itu.

Bagi saya, walaupun mereka sama-sama dibubarkan melalui kampanye masing-masing yang mana FPI dan simpatisan dengan memanfaatkan sensitivitas umat Islam mengampanyekan gerakan #IndonesiaTanpaJIL sementara JIL dan berbagai macam kelompok diskusinya dengan memanfaatkan kaum minoritas (contoh: Homoseksual, Waria) mengampanyekan #GerakanTanpaFPI, tetap saja ide ekstremis kanan dan ekstremis kiri tetap saja akan ada sampai kapan pun. Organisasi bisa dibubarkan tapi yang namanya ide akan tetap kekal.

Boleh saja kita menghujat FPI karena hobi mereka yang suka main kasar ke siapa pun (walaupun konon sebenarnya mereka tebang pilih) dan membuat Islam seolah penuh kekerasan, padahal sebenarnya ya memang sejak dulu umat Islam itu umat yang ‘kasar’.

Okelah mungkin ini terlalu men-generalisir, tapi coba kita lihat ke belakang ke masa yang sangat dekat dengan Nabi yaitu pada masa Khulafa Rasyidin, dari empat khalifah hanya satu yang meninggalnya wajar yaitu Abu Bakar As Sidiq. Tiga yang lain meninggal dibunuh oleh umat Islam yang lain. Di zaman yang dekat dengan Nabi saja sudah rusuh internal bagaimana di zaman yang sudah sangat jauh dengan Nabi ini?

Contoh lain yang tak kalah kejam tentu saja yang sudah menjadi pengetahuan semua umat Islam tentu saja pembantaian cucu Nabi oleh Khalifah Yazid bin Muawiyah demi untuk melanggengkan kekuasaan. Husein bin Ali cucu Nabi Muhammad dipenggal kepalanya di hadapan keluarga apa itu tidak sangat kejam? Dengan kata lain, kekerasan sedikit banyak tetap saja tidak bisa dilepaskan dari umat Islam bukan?

Sementara itu berkaitan erat dengan JIL yang biasa kita hujat karena liberialitas mereka dalam berpikir dan mengemukakan pendapat yang bahkan kadang seperti menabrak Al Quran, itu juga sudah ada sejak jaman dulu.

Liberalisme ini sangat erat kaitannya dengan paham Mu’tazilah yang justru pada masa masa Mu’tazilah sedang ‘ngetren’ umat Islam adalah umat yang giat-giatnya menuntut ilmu, yang mengantarkan lahirnya banyak pemikir dan ilmuwan Islam yang sedikit banyak mengantarkan kejayaan umat Islam. Sangat berbeda dengan Islam sekarang yang gairah keilmuannya dibilang orang banyak sangat rendah.

Dengan kata lain liberalisme berpikir adalah salah satu faktor yang membuat umat Islam maju yang dengan kata lain liberalisme sedikit banyak tetap saja tidak bisa dilepaskan dari umat Islam bukan?

Poin yang ingin saya katakan ingin saya sampaikan adalah adanya FPI dan JIL adalah sebuah keniscayaan yang pasti akan terjadi karena begitulah dinamika pemikiran. Ini hanyalah sebuah perulangan sejarah yang terlokalisasi. Dulu ada Khawarij yang sangat kasar, sekarang ada FPI di Indonesia. Dulu ada Mu’tazilah yang sangat liberal dalam berpikir, sekarang ada JIL di Indonesia.

Baik Khawarij ataupun Mu’tazilah, mereka tetap saja diakui sebagai orang Islam jadi kenapa FPI dan JIL kita tolak sebagai orang Islam juga? Selama mereka masih memegang Rukun Islam dan Rukun Iman ya berarti mereka umat Islam. Konflik yang terjadi hanyalah dinamika standar yang pasti terjadi dan tak usah lah dikait-kaitkan dengan mempertanyakan kadar keimanan mereka seolah iman kita sendirilah yang paling benar.

Justru dengan adanya FPI Islam terkesan menjadi tegas, berani, dan teguh memegang syariah. Meskipun risiko yang terjadi tentu saja menimbulkan kesan negatif yang timbul orang Islam itu bodoh, sembrono dan kasar. Di sisi lain dengan adanya JIL Islam terkesan cerdas, open minded, namun tentu kesan negatif yang terjadi orang Islam itu klemar-klemer, inkonsisten, tunduk pada Barat, dan menyepelekan Quran.

Masing-masing ada kelebihan dan kekurangan. Saran saya, nikmati, berikan saran seperlunya dan tidak usah saling menghujat. Kritisi sikap mereka, tapi jangan pertanyakan keimanan mereka. Mereka semua saudara kita.


1 Comment

Pembicara Internet Marketing · January 4, 2016 at 5:05 am

blog yang cukup menarik, dan themes yang sangat seo frendly. salam hangat http://www.marinirseo.web.id Pembicara Internet Marketing

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *