TIGA minggu belakangan, ceritanya saya mengikuti Diklat Prajabatan Mahkamah Agung di Balitbangdiklatkumdil Mahkamah Agung Megamendung Bogor. Apa itu prajab saya kira semua sudah tahu. Yang jelas karena saya sebagai CPNS Mahkamah Agung, jadi di sinilah saya dan kawan-kawan mengikuti prajab.
Bagi saya pengalaman prajab ini sangat mengesankan. Setelah ‘vakum’ dari dunia perkuliahan dan bergelut dengan rutinitas kantor, akhirnya saya mengalami yang namanya kuliah lagi. Terus terang saya kangen dengan suasana akademis, dan di prajab inilah suasana akademis kembali saya alami.
Bahkan di prajab ini, suasana akademisnya sangat lebih terasa dibanding saat kuliah dulu. Kenapa demikian karena keaktifan peserta di sini sangat luar biasa. Widyaiswara juga menggunakan pembelajaran orang dewasa, yang jauh lebih baik daripada dosen-dosen saya dulu.
Diklat yang saya ikuti berlangsung selama sekitar tiga minggu mulai 18 Juni 2012 sampai dengan 11 Juli 2012 di Megamendung Bogor. Kami ini peserta Gelombang V, Gelombang terakhir dari CPNS Mahkamah Agung tahun rekruitmen 2010.
Secara hitungan, kami memang cukup lama menunggu prajabnya. SK terbit awal 2011 sementara prajab di pertengahan 2012 berarti kurang lebih satu tahun kami baru prajab, sementara kawan dari instansi lain ada yang hanya beberapa bulan saja. Tapi ya tak masalah, yang penting akhirnya prajab.
Untuk peserta, di gelombang V ini kebanyakan dari Pengadilan tingkat pertama, baik itu Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama maupun PTUN. Ada beberapa peserta dari MA pusat dan eseleon di bawahnya namun tidak ada peserta dari lingkungan Peradilan Militer. Kemungkinan besar peserta dari Peradilan Militer sudah tercakup di gelombang-gelombang sebelumnya jadi di gelombang ini sudah habis. Untuk jumlah peserta, kalau saya tidak salah info ada 205 peserta.
Saya datang tanggal 17 Juni, satu hari sebelum check in, dengan harapan agar bisa beradaptasi dengan cuaca di Bogor yang konon sangat sangat dingin. Kenyataan yang ada, ternyata Bogor tidak sedingin yang saya kira. Saya cukup terbiasa dengan cuaca di sini karena kurang lebih sama dengan di seputaran kampus UII Kaliurang, tempat saya kuliah dulu. Tapi biar sudah terbiasa ternyata ya sakit batuk pilek juga saya. Ga mutu. Hahaha.
Setelah check in, kami diwajibkan lapor satu persatu kepada marinir dengan suara setegas mungkin. Langsung bisa saya tebak pasti sebenarnya mereka ini sekalian ‘audisi’ untuk petugas upacara dan seremonial pembukaan. Jadi salah satu materi prajab memang ada Tata Upacara Sipil. Salah satu cara mendapat mangsa sebagai petugas salah satunya tentu di momen ini. Hahaha. Saya lapor setegas mungkin saya bisa, dan alhamdulillah tidak terpilih. Iyalah, ngapain juga merepotkan diri sendiri jadi petugas. 😀
Dari momen laporan dan check in itu, kami sudah tahu siapa calon teman-teman sekelas kami. Dari 200 peserta itu dibagi menjadi 6 kelas atau yang kemudian biasa kami sebut sebagai Angkatan. Saya bersama 33 peserta lain tergabung dalam Angkatan XXV. Bersama mereka, selama 3 minggu berikutnya kehidupan di Megamendung banyak dihabiskan bersama.
Bagaimana tidak, sejak jam 5 pagi sampai paling tidak jam setengah 8 malam pasca makan malam, gaulnya ya sama mereka. Pergaulan terbatas tapi keakraban perlahan mau tak mau terbentuk dengan sendirinya dan nantinya mebuat perpisahan terasa berat untuk dijalani. *melebay*
Tes kekompakan Angkatan XXV dimulai di hari kedua, hari Rabu, dalam materi Dinamika Kelompok. Ada beberapa kompetisi yang diciptakan Widyaiswara untuk meneguhkan kekompakan dan kebersamaan tim/angkatan. Dalam hal ini, kekompakan mulai terjalin walaupun dalam kompetisi (kalau tak salah ingat) kami tidak pernah memenangi game satupun. Hahaha.
Saat Dinamika Kelompok kami juga diarahkan untuk memilih Ketua Angkatan definitive. Untuk ketua angkatan, kami menyebutnya Danton (Komandan Peleton). Ini mungkin ide marinir memberi nama ketua sebagai Danton karena khas tentara. Tapi jadinya malah unik. Cocok lah.
Nah entah ide siapa , nama saya ternyata masuk ke dalam salah satu nominasi. Saya menduga nama saya masuk gara-gara saya maju mempresentasikan logo angkatan di hadapan angkatan-angkatan lain. Padahal saat itu saya maju juga terpaksa karena kasihan ke danton sementara yang sudah mulai kehabisan suara kebanyakan teriak. Karena saya malas ribet, saya coret saja nama saya, dan diganti nama orang lain.
Bukannya ge er bakal terpilih, tapi malas saja membayangkan harus mengkordinir kawan-kawan, dan lagi harus teriak-teriak memimpin PBB tiap pagi. Capek aja. Dan akhirnya Amrul, kawan dari PA Negara (Kalimantan Selatan) yang terpilih jadi Danton. Pilihan gambling yang ternyata tepat karena dia sangat baik memimpin Angkatan XXV.
Cerita Prajab awal sementara sekian saja dulu, sambung besok lagi. Masih banyak cerita lain yang akan saya share nanti. Tapi ibarat sinetron akan lebih baik dibagi menjadi serial, biar mengundang kepenasaranan.
0 Comments