Jadi Ketua Koperasi (Lagi)

Untuk ketiga kalinya, walaupun di kantor yang berbeda, lagi-lagi saya terpilih menjadi Ketua Koperasi. Setelah pada tahun 2016 saya terpilih menjadi Ketua Koperasi Koppamas Pengadilan Agama Banyumas, tahun 2019 saya terpilih menjadi Ketua Koperasi Al Mu’awanah Pengadilan Agama Temanggung, tahun ini di tahun 2022 saya terpilih menjadi Ketua Koperasi Adil Pengadilan Agama Banjarnegara. Tulisan ini mungkin dirasa berbau flexing, tapi bagi saya tidak, karena menjadi Ketua Koperasi kantor unsur “pemaksaannya” cukup tinggi. Jadi ini bukan sebuah “prestasi” yang harus dipamerkan. Ini lebih ke lucu aja lagi-lagi terpilih lagi. 😀

Ada yang berbeda dengan pemilihan Ketua Koperasi di PA Banjarnegara dibandingkan dua kantor saya sebelumnya. Di PA Banyumas dan PA Temanggung, Ketua Koperasi dipilih melalui metode pemaksaan dari anggota bertipe “provokator” dengan dukungan para pimpinan dan dibungkus dengan dalih kemufakatan anggota. Hahaha. Pemilihan di PA Banjarnegara berbeda. Tidak ada itu yang namanya musyawarah mufakat. Anggota rapat langsung diberi kertas kosong untuk diisi siapa yang mereka pilih jadi Ketua. Tidak ada kriteria apapun di situ. Siapapun boleh memilih siapapun. Siapa yang memperoleh suara terbanyak, dialah yang terpilih menjadi Ketua. 

(more…)

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Ketika saya tahu novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan difilmkan, terus terang saya kaget. Novel kaya gini mau difilmkan? Apa bisa? Novel karya Eka Kurniawan ini bagus, sangat bagus, tapi bagaimana ya? Bagi saya ada novel yang ‘harus’ difilmkan tapi ada juga novel yang biarlah tetap menjadi novel. Saya rasa semua orang yang sudah baca novel ini sepakat novel ini sangat bagus. Tak cuma novel ini sih, seluruh novel maupun kumpulan cerpen Eka Kurniawan sangat layak diberi predikat sangat bagus. Tapi untuk difilmkan, itu hal lain lagi. Meski demikian bagi yang belum pernah baca novel Eka Kurniawan, bacalah! Mumpung belum terlambat.

(more…)

Menulis Lagi

15 Agustus 2015 menjadi tanggal terakhir saya mempublikasikan tulisan di blog ini. Dengan terbitnya tulisan tanggal 18 September 2021 ini, berarti total 6 tahun lebih satu bulan sudah blog ini vakum. Ada banyak alasan pembenar kenapa saya tidak aktif menulis di blog ini. Saya belum ingin menuliskan tentang hal itu, terpenting adalah blog ini tetap hidup. Saya tidak berencana untuk hiatus. Saya memiliki rencana untuk membuat tulisan tunggal dan berseri tapi ternyata kemudian tidak jadi tertulis dan, ya sudah, menguap begitu saja. (more…)

Rekan Kerja adalah Keluarga Kedua Kita

supportive-work-team

Masih tentang pekerjaan, ada satu unek-unek yang ingin saya share. Sebagai pekerja yang bekerja 7,5 jam tiap hari Senin sampai Jumat, volume pertemuan harian dengan rekan kerja bisa dibilang jauh lebih sering daripada dengan keluarga. Tiap hari kerja saya berangkat ke kantor dimulai pukul 07:00 dan pulang sampai rumah pukul 17:00. Sementara waktu saya dengan keluarga antara pukul 05:00 sampai pukul 07:00 atau dua jam, ditambah antara pukul 17:00 sampai pukul 22:00 (dengan asumsi setelah jam segitu berangkat tidur). Total waktu saya dengan keluarga hanya 7 jam per hari. Sungguh nyata bahwa waktu bertemu dengan rekan kerja lebih banyak daripada dengan keluarga.

Dengan kondisi yang demikian sangat risih bagi saya ketika sesama pegawai saling menjadi Sengkuni. Artinya sesama pegawai melakukan hal yang licik dan bahkan busuk dengan cara yang sangat pengecut. Bersaing itu wajar, tidak suka dengan rekan kerja juga wajar namun melakukan hal negative kepada rekan kerja itu sangat tidak wajar dan memalukan.

(more…)

Menolak Permintaan Staf Kantor Pengacara

Suatu hari saya didatangi oleh salah satu staf Kantor Pengacara yang berada di lingkungan kantor saya. Dari pintu ruangan saya, dia memanggil saya. Tentu saya tolak dong, siapa dia bisa memanggil saya seperti itu. Saya persilahkan dia masuk ke ruangan saya. Lebih beradab seperti itu dan memang seharusnya seperti itu. Setelah masuk, ternyata dia hendak mengembalikan surat panggilan yang saya alamatkan untuk Kantor Pengacara dia. Kebetulan wilayah tempat Kantor Pengacara itu berada pada tanggung jawab saya. Waktu itu Pengacara tersebut sedang tidak ada di kantor jadi saya tinggal surat panggilan tersebut. Ya sudah, saya terima surat panggilan tersebut dan kemudian staf pengacara tersebut pulang.

Ternyata oh ternyata staf pengacara tersebut belum pulang. Bisa jadi dia sudah pulang tapi balik ke kantor saya lagi, yang jelas ketika saya keluar dari ruangan (more…)

Pentingnya Memahami Program Kantor

Tahun ini kantor saya, Pengadilan Agama Banyumas, mendapat alokasi dana Pos Pelayanan Hukum (Posbakum) dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama. Beberapa Pengadilan Agama lain sudah menerima alokasi dana ini sejak beberapa tahun yang lalu, namun di kantor saya baru mulai tahun ini. Nominalnya lumayan, tidak terlalu banyak tapi juga tidak terlalu sedikit. Kalau penasaran berapa nominalnya, silakan cek di website resmi Pengadilan Agama Banyumas.

Perhitungan pelayanan ini dilaksanakan per jam, bukan per konsultasi, yaitu selama 192 jam kerja. Dengan jumlah jam layanan 192 jam tersebut, alokasi waktu yang diberikan kantor untuk pelaksana Posbakum untuk bertugas per harinya hanya 4 jam. Dengan demikian total waktu pelayanan berlangsung selama kurang lebih 2,5 bulan.

(more…)

Lama Menjadi Pegawai Belum Tentu Paham Aturan

Pada suatu siang menjelang sore di bulan Maret 2015 ketika saya sedang asyik menyusun rancangan pengajuan penggantian Uang Persediaan, tiba-tiba ada telepon dari pak bos agar datang ke ruangannya. Agak kaget juga tumben-tumbennya beliau memanggil, secara saya sedang tidak ada urusan dengan beliau. Sebagai informasi, pak bos yang ini bukan pimpinan tertinggi kantor namun adalah salah seorang unsur pimpinan di kantor saya.

Ketika saya masuk ke ruangan beliau, ternyata ada atasan langsung saya di sana. Bagi yang belum tahu, maksud dari ‘atasan langsung’ adalah pimpinan yang kedudukannya satu level di atas kita. Wah, ada masalah pelik ini pikir saya. Ternyata oh ternyata, saya dipanggil untuk menjelaskan kenapa kemarin saat beliau pergi haji, cuti yang dia ambil diubah dari Cuti Tahunan menjadi Cuti Besar. Peristiwa ini sudah berlangsung beberapa bulan yang lalu yang sama sekali tidak saya duga akan diungkit-ungkit lagi. Yang jadi masalah, atasan langsung saya lupa kenapa cuti beliau diubah makanya dia ‘memanggil bala bantuan’, yaitu saya. Owalah. Hahaha.

(more…)

Review Di Balik 98

Sebagai mantan aktivis kampus kelas teri, melihat ada film hadir dengan tema reformasi 1998 tentu membuat saya sangat tertarik untuk menontonnya. Nonton berdua bareng istri, pada akhirnya saya kemudian mengambil kesimpulan bahwa film ini jelek. Sebenarnya secara teknis, dalam pandangan saya yang awam, film ini aslinya cukup bagus. Jantung saya sampai berdegup cukup kencang saat adegan massa yang beringas hendak memperkosa wanita etnis Tionghoa. Akan tetapi sisi utama sebuah film yaitu cerita pada film ini sangat-sangat lemah dan kosong.

Kasat mata tampak ada sebuah kebingungan cerita apa yang hendak diangkat pada film ini. Akibatnya, film ini kemudian menjadi lebih kepada sekedar visualisasi ulang peristiwa-peristiwa penting pada masa kerusuhan/reformasi 1998. Sayangnya yang divisualisasikan itu adalah hal-hal yang sudah sangat diketahui umum yang bisa digali infonya tanpa penelitian mendalam. Akibatnya, kata ‘DIBALIK’ pada judul film yang seharusnya menunjukkan ada rahasia atau misteri yang hendak disampaikan menjadi tidak layak untuk digunakan

(more…)

Maaf Tanpa Kalau

MELIHAT ribut-ribut antara seorang Ustadz dengan operator sound system yang sedang ramai di berbagai media itu, ada satu hal yang bagi saya cukup menarik. Bukan tentang siapa yang salah atau siapa yang benar, karena bagi saya keduanya salah. Ada miskomunikasi antara dua orang itu yang sayangnya salah satu pihak ada yang begitu angkuh dan over reacted. Peristiwa itu ter-blow up media infotainment sehingga ramailah ribut-ribut itu.

Sang Ustadz dalam sebuah talkshow dan banyak infotainment berkata yang intinya kurang lebih kalau saya ada salah saya minta maaf. Perhatikan kalimat yang saya cetak tebal, adanya kata ‘kalau’ dalam permintaan maafnya sadar atau tidak sadar justru menunjukkan bahwa beliau sebenarnya merasa tidak bersalah. Kata itu berarti pengandaian, dalam hal ini pengandaian adanya kesalahan, yang tentunya bagi dia belum pasti  ada. Padahal, mohon maaf jelas sekali dalam kasus ini beliau  ada salah, minimal sekali dalam hal etika berhubungan antar manusia.

(more…)

Hari Gini Masih Antri Bank Sambil Berdiri? (Kritik untuk Bank Mandiri)

PERTENGAHAN bulan Januari kemarin saya ada sedikit urusan di Bank Mandiri Cabang Purwokerto. Walaupun bank ini bisa dibilang adalah bank yang ternama dan punya nama, saya belum pernah mengunjungi ini bank. Dulu ketika bank ini masih bernama BTN, waktu itu saya masih SMP, saya memang pernah mengunjungi bank itu. Tapi itu dulu sekali. Nama banknya saja masih belum Bank Mandiri. Setelahnya saya sama sekali belum pernah berkunjung lagi.

Sampailah pada hari itu, ketika saya harus bertransaksi di Bank Mandiri. Karena ini urusan kantor jadi saya tidak bisa melakukan kegiatan perbankan via ATM BNI atau BRI pribadi saya. Saya sempatkan dari kantor Pengadilan Agama Banyumas untuk khusus datang ke Bank Mandiri Cabang Purwokerto mengurus hal itu. Seperti biasa, di pintu gerbang saya disambut satpam dengan ramah dan ditanyai keperluan yang bisa dibantu.

(more…)